Gerimis Senja

Gerimis Senja

Minggu, 14 Agustus 2011

Dendang Suci

Kala malam bersemedi dengan gelapnya
Mengembara dengan sunyinya
Berbisik dengan heningnnya
Dan mulai bernyanyi dengan sayupnya

Dengan tangan yangg hampir kaku
Kutoreh kata demi kata
Bait demi bait
Untuk seseorang disana

Di sudut mlam ini
Aku berdendang
Berdendang untuk dia
Agar senantiasa bahagia

Di sudut malam ini aku berbisik di dalam hati
Mendo'akan pintaan-pintaan suci
Bersemilir bersama dingin
Menghujam jiwa-jiwa yang layu

Tak ada kata yang bisa kuberi
Kecuali dendangan suci ini
Hingga waktu berlari membawa mimpi
Dan malam pun berakhir pagi

Gerimis Senja

Petang itu....
Tak ada senja yang menemani. Cahaya merah yang anggun tenggelam diantara lapis-lapis tebal awan hitam. Gerimis hadir sebentar, namun dengan cepat tergantikan oleh tetes hujan yg lebih deras.

Sungguh aku tlah menikmati petang itu meskipun tanpa senja yang menemani. Walau rasa dingin menusuk tulang, walau sekujur tubuh basah karena hujan.

Pantulan cahaya dari lampu kenderaan menari-nari di atas genangan air. Seolah ingin menyemarakkan diri dlm panggung petang itu.

Manusia mengisut menuju ruang-ruang lindungnya. Berdiri menatap hujan. Menunggu. Terdiam.

Kusematkan sepintal rasa syukur pada tiap tetes hujan yg menyusup di tanah. Kuhayati bongkahan awan hitam yg mewarnai langit Tuhan. Kubebaskan pandanganku mengusai langit nan luas. Lalu mencoba fokus. Kutemukan secercah cahaya merah diantara celah-celah awan hitam.
Kutatap dia. Senja. Aku tersenyum.

Tiada terkira indahnya lukisan langit. Dan disinilah kedamaian itu kutemui.

Hingga tak pernah kuduga, bahwa ini adalah Sebuah Akhir dari Alurku Sendiri....